Martapura, infoPublik – Terpilih menjadi salah seorang anggota
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di, saat Peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia , 17 Agustus, di Istana Negara di Jakarta tentunya
menjadi kebanggaan bagi diri, keluarga bahkan namun juga daerah.
Itulah
yang kini dirasakan oleh Muhammad Ryan Hidayat, anggota Paskibraka asal
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang hari ini mengemban tugas
sebagai Paskibraka disaksikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo,
para pejabat Negara serta para pejabat duta besar dari berbagai Negara
bahkan disaksikan oleh rakyat Indonesia melalui berbagai stasiun
televisi.
Santri Pondok Pesantren Darul Hijrah Putera, Cindai Alus
Martapura, putera pasangan Kifli dan Lilis Triase ini mengaku sangat
bersyukur bisa terpilih dan berkesempatan mengkibarkan bendera pusaka di
Istana Negara. Pelajar kelas 11 kelahiran Palangkaraya, 19 September
2001 ini mengaku semuanya tak diperoleh dengan mudah.
Dia mesti
melewati seleksi ketat mulai tingkat sekolah, seleksi tingkat kabupaten,
seleksi tingkat propinsi untuk selanjutnya dipilih dua orang wakil dari
Kalimantan Selatan yakni satu orang putra dan satu orang paskibraka
putri. “Setelah terpilih mewakili sekolah, saya mengikuti seleksi
tingkat kabupaten bersama 250 orang dari berbagai sekolah lain di
Kabupaten Banjar, untuk menentukan 6 orang ke seleksi tingkat propinsi,”
tutur pemuda yang fasih berbahasa Inggris dan Arab ini.
Setelah
melewati seleksi dan karantina selama tiga hari dua malam, Ryan bersama
dengan Adelia Karenina Lestari dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
terpilih mewakili Propinsi Kalimantan Selatan sebagai anggota Paskibraka
nasional.
Ryan bersama 67 anggota Paskibraka lainnya dari seluruh
propinsi, resmi menyandang tugas mengibarkan dan menurunkan bendera
Merah Putih di Istana Negara, setelah pada Selasa (15/8) kemarin
dikukuhkan oleh Presiden Joko Widodo, di Istana Kepresidenan pada 17
Agustus 2017. Mereka dilatih dan menjalani karantina di PP PON, Cibubur,
sejak Rabu (26/7).
“Menjadi Paskibraka bukan hanya soal kecakapan
baris-berbaris, namun juga dinilai bagaimana sikap kita, adab,
kebiasaan sehari-hari, mental, disiplin termasuk bagaimana ibadah sesuai
keyakinan kita,” jelas penyuka olahraga sepakbola dan basket ini.
Pemuda
yang bercita-cita menjadi polisi ini mengaku kebiasaannya sebagai
santri pondok pesantren, sangat membantu dia dalam menjalani penilaian
selama seleksi. “Terima kasih kepada orang tua, keluarga, para ustadz,
pelatih dan seluruh teman-teman yang mendukung saya selama ini,”
ujarnya.
Dia ingin apa yang telah diraihnya bisa memotivasi para
pelajar lainnya untuk juga bisa berprestasi, dengan berlatih
meningkatkan disiplin, menguatkan mental dan berhati-hati dalam
pergaulan. “Terlebih kita sebagai pemuda dan pelajar jangan sampai
terjerumus mempergunakan atau mengonsumsi narkoba, karena tidak ada
gunanya dan merusak kesehatan,” pesan Ryan. (MC-Kab.Banjar/dani)
Post A Comment:
0 comments: