Jakarta - Ada yang berbeda dengan peringatan Sumpah Pemuda
ke-89 yang dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun ini. Menteri
Pemuda dan Olahraga melakukan napak tilas pembacaan kembali Ikrar Sumpah Pemuda
bersama para pemuda yang berada di 9 lokasi terpisah yang berbeda di dalam dan
luar negeri, Jumat Sore (27/10).
Para
Pemuda yang mengikuti pembacaan ikrar ini berasal dari 9 kegiatan unggulan
bidang kepemudaan, yakni Pemuda Magang di Turki, Pemuda Lintas Agama di
Merauke-Papua, Peserta Kirab Pemuda di Kota Padang Panjang-Sumatera Barat,
Peserta Kirab Pemuda di Ternate-Maluku Utara, Peserta Pemuda Tani di
Bulukumba-Sulawesi Selatan, Pemuda Manufaktur di Sleman-Yogyakarta, Pemuda Anti
Narkoba di Tangerang-Banten, Pemuda Mandiri Membangun Desa di Mojokerto-Jawa
Timur, dan Pemuda Pelopor di Lokasi Pemberian Penghargaan Kota Layak Pemuda di
Padang-Sumatera Barat.
“Kemajuan
teknologi hari ini memungkinkan kita untuk melakukan kembali pembacaan ikrar
ini secara bersama-sama, dengan menggunakan video conference yang
menguatkan sekaligus membuktikan bahwa meski kita berbeda, meski kita jauh
terpisah dari timur hingga barat dan utara selatan, di dalam dan luar negeri,
namun jiwa kita masih sama, Indonesia. Kita akan terus menyerukan dan
menggelorakan semangat berani bersatu terutama di kalangan anak muda,” ucap
Menpora saat memimpin pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda ini.
Namun
justru dengan berbagai macam kemudahan yang kita miliki hari ini, Menpora
menyebut justru bangsa ini lebih sering berselisih paham, mudah memvonis orang,
mudah sekali terpecah belah, saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah
dan kebencian. Seolah-olah kita ini dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau,
atau berada di ruang isolasi yang tidak terjamah, atau terhalang oleh tembok
raksasa yang tinggi dan tebal hingga tidak dapat ditembus oleh siapapun.
“Padahal,
dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini,
seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul, bersilaturahim dan
berinteraksi sosial. Sebetulnya, tidak ada ruang untuk salah paham apalagi
membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya
dalam hitungan detik,” jelas Menpora lagi.
Ia
mengatakan 89 tahun yang lalu Ikrar Sumpah Pemuda menjadi sebuah ikrar yang
sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia, karena ikrar 71
orang pemuda inilah yang membuat 17 tahun kemudian lahir Proklamasi Kemenrdekaan
Repubik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Sumpah
Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas
suku, agama dan daerah. Jika kita membaca dokumen sejarah Kongres Pemuda ke-2,
kita akan menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari
pulau-pulau terjauh Indonesia. Secara imaginatif sulit rasanya membayangkan
mereka dapat bertemu dengan mudah,” ucapnya lagi seraya menambahkan bahwa para
pemuda kala itu bukan hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar
pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam
komitmen ke-Indonesiaan.
“Para
Pemuda kala itu memiliki latar belakang agama, suku, bahasa dan adat istiadat
yang berbeda-beda. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa sekat dan
batasan-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi para pemuda Indonesia
untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia. Inilah yang kita sebut dengan
“Berani Bersatu”, tegas Menteri asal Bangkalan, Madura ini.
Menpora mengutip
pidato dari Presiden Republik Indonesia pertama, Bung Karno, yang pernah
menyampaikan: “Jangan mewarisi abu
Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu,
saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa,
satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,”
“Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno ini
sangat mendalam khususnya bagi generani muda Indonesia. Api sumpah pemuda harus
kita ambil dan terus kita nyalakan. Kita harus berani melawan segala bentuk
upaya yang ingin memecah pelah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus berani
mengatakan bahwa Persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh di atas
persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan, apalagi golongan.” ucapnya lagi.
Sebagai pembantu Presiden yang menangani
langsung urusan kepemudaan negeri ini, Imam Nahrawi mengucapkan rasa syukur bahwa
di Era pemerintahan Presiden Republik Indonesia saat ini, Bapak Ir. Joko Widodo
telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan kepemudaan
Indonesia. Pada bulan Juli 2017 yang lalu, Presiden telah menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2017 tentang Koordinasi
Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan. Melalui Perpres
ini, peta jalan kebangkitan pemuda Indonesia terus digelorakan bersama pemerintah
daerah, organisasi kepemudaan dan sektor swasta, bergandengan tangan, bergotong
royong melanjutkan api semangat Sumpah Pemuda 1928. Jargon presiden “Kerja
Bersama” sangat tepat untuk menyambut generasi millenial Indonesia. Bersama
pemerintah daerah, organisasi kepemudaan dan sektor swasta, kita bergandengan
tangan, bergotong royong melanjutkan api semangat Sumpah Pemuda 1928. Pemuda
Indonesia Berani Bersatu!.
Post A Comment:
0 comments: