Cegah Stunting, Dinkes Banjar Gelorakan Germas dan Germit di Sekolah

Share it:
Martapura, infoPublik – Mencegah terjadinya remaja yang tumbuh stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, mengajak siswa sekolah untuk membiasakan pola hidup sehat serta minum obat tambah darah.
Kali ini pencanangan Gerakan Hidup Sehat (Germas) dan Gerakan Minum Tablet (Germit) Tambah Darah dilaksanakan di SMPN1 Martapura. Gelaran diikuti ratusan pelajar putri SMPN 1 Martapura, juga dihadiri Ketua TP PKK Banjar Hj Raudhatul Wardiyah dan Sekda Banjar Ir H Nasrunsyah MP serta Kadinkes Banjar, H Ikhwansyah, Sabtu (12/5).
Suasana di Aula SMPN 1 Martapura pun begitu meriah. Ratusan siswi yang hadir pun tampak begitu antusias mengikuti pencananganam germas germit kali ini. Mereka tampak semangat mengikuti senam pinguin yang mengawali acara tersebut.
Bebepa pertanyaan kuiz yang dilemparkan oleh sekda dijawab dengan benar oleh beberapa siswa. "Apa itu Germas. Apa saja yang harus dilakukan untuk hidup sehat," ujar Sekda melempar kuis kepada siswa yang dijawab tepat oleh siswa.
Sedangkan Ikhwansyah menjelaskan Germit adalah gerakan minum tablet tambah darah. Gerakan ini dicanangkan karena 30 persen anemia terjadi pada remaja putri.
Sedangkan di Kabupaten Banjar jelas Ikhwansyah, penderita anemia angkanya 28 persen. "Ayo adik-adik tablet tambah darah ini diminum satu minggu sekali ya," ajaknya, yang segera dituruti  para siswa dengan meminum  obat tambah darah yang diberikan kepada mereka.
Dijelaskan istilah stunting yakni masalah kurang gizi kronis disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Bisa akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa . Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke lima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Bahkan, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada 2013 persentase penderita stunting sebesar 37,2 persen.
Anak stunting bertubuh pendek merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh pendek, stunting juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Pada kegiatan kemarin juga dilakukan penyerahan raport kesehatan kepada para siswa oleh Hj. Raudathul Wardiyah. (MC-Kominfo-Kab.Banjar/Irwan/dani)
Share it:

banjarkab

Post A Comment:

0 comments: