Martapura, InfoPublik
- Berjuang mempertahankan budaya tradisional Banjar. Hal ini menjadi
acuan dasar digelarnya Lomba Balogo yang diadakan Federasi Olahraga
Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) Kabupaten Banjar, Sabtu (29/9) di
halaman Gedung Juang Martapura. Menggunakan logo terbuat dari tempurung,
setinggi tujuh sentimeter, 62 regu bertarung dalam perlombaan tersebut.
Bahkan rata-rata pesertanya dari masyarakat umum yang berusia di atas
30 tahun.
Balogo merupakan permainan tradisional dari Kalimantan Selatan yang kini sudah jarang dimainkan. Namun rupanya pada beberapa waktu terakhir, permainan ini kembali diramaikan dan dikenalkan kembali. Bahkan pada semua kalangan usia termasuk anak-anak. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar, Rakhmat Dhany mengatakan peserta Lomba Balogo, diantaranya juga diikuti oleh pelajar.
Ketua Umum Formi Kabupaten Banjar, Jamhari menyampaikan, pelaksanaan kegiatan balogo dimaksudkan untuk memperkenalkan permainan tradisional. Selain itu membawa kembali permainan tersebut ke masyarakat. Tentunya, Formi yang mewadahi segala jenis olahraga tradisional dan rekreasi memfasilitasi kegiatan perlombaan balogo tersebut. Bahkan pemenang nantinya dikatakan Jamhari akan mendapatkan uang pembinaan.
"Tujuan dilaksanakan kegiatan ini untuk olahraga sambil bergembira sekaligus silaturahmi," ucap Jamhari.
Ia mengatakan perlombaan balogo itu diikuti peserta se-Kabupaten Banjar. Acara tersebut pertama kali diadakan oleh Formi Kabupaten Banjar. Tak lupa, bukan hanya sebagai sarana rekreasi, Jamhari juga mengatakan ketika balogo juga melatih pikiran dan konsentrasi.
Salah seorang peserta lomba, Miftah (40) dikenal pandai dalam memenangkan permainan balogo. Bisa dikatakan, Miftah sering berhasil merobohkan logo yang menjadi target menggunakan logo yang harus ia pukul.
"Saya sering mendapat undangan dan mengikuti kegiatan balogo. Bahkan di kampung pun setiap malam kami bermain," cerita Miftah, yang merupakan warga Kelampaian, Kecamatan Astambul tersebut.
Ada sejumlah strategi yang menurut Miftah perlu dijalankan ketika balogo. Namun yang terpenting adalah feeling untuk mempelajari area logo atau jalur bermainnya. Di Gedung Juang, Miftah mengatakan karena harus bermain di atas aspal, sehingga agak sulit untuk membidik. Tinggal bagaimana merasakan logo ketika memukul. Dalam artian lembut dan kerasnya pukulan. (MC-Kominfo-Kab.Banjar/ell/ar).
Balogo merupakan permainan tradisional dari Kalimantan Selatan yang kini sudah jarang dimainkan. Namun rupanya pada beberapa waktu terakhir, permainan ini kembali diramaikan dan dikenalkan kembali. Bahkan pada semua kalangan usia termasuk anak-anak. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar, Rakhmat Dhany mengatakan peserta Lomba Balogo, diantaranya juga diikuti oleh pelajar.
Ketua Umum Formi Kabupaten Banjar, Jamhari menyampaikan, pelaksanaan kegiatan balogo dimaksudkan untuk memperkenalkan permainan tradisional. Selain itu membawa kembali permainan tersebut ke masyarakat. Tentunya, Formi yang mewadahi segala jenis olahraga tradisional dan rekreasi memfasilitasi kegiatan perlombaan balogo tersebut. Bahkan pemenang nantinya dikatakan Jamhari akan mendapatkan uang pembinaan.
"Tujuan dilaksanakan kegiatan ini untuk olahraga sambil bergembira sekaligus silaturahmi," ucap Jamhari.
Ia mengatakan perlombaan balogo itu diikuti peserta se-Kabupaten Banjar. Acara tersebut pertama kali diadakan oleh Formi Kabupaten Banjar. Tak lupa, bukan hanya sebagai sarana rekreasi, Jamhari juga mengatakan ketika balogo juga melatih pikiran dan konsentrasi.
Salah seorang peserta lomba, Miftah (40) dikenal pandai dalam memenangkan permainan balogo. Bisa dikatakan, Miftah sering berhasil merobohkan logo yang menjadi target menggunakan logo yang harus ia pukul.
"Saya sering mendapat undangan dan mengikuti kegiatan balogo. Bahkan di kampung pun setiap malam kami bermain," cerita Miftah, yang merupakan warga Kelampaian, Kecamatan Astambul tersebut.
Ada sejumlah strategi yang menurut Miftah perlu dijalankan ketika balogo. Namun yang terpenting adalah feeling untuk mempelajari area logo atau jalur bermainnya. Di Gedung Juang, Miftah mengatakan karena harus bermain di atas aspal, sehingga agak sulit untuk membidik. Tinggal bagaimana merasakan logo ketika memukul. Dalam artian lembut dan kerasnya pukulan. (MC-Kominfo-Kab.Banjar/ell/ar).
Post A Comment:
0 comments: